Minggu, 18 Maret 2012

Manfaat Buah Leci

LECI


yang manis kaya zat gizi karena mengandung kadar vitamin C dan kalium yang tinggi. Zat-zat yang ada dalam leci dapat mencegah dan mengobati aneka penyakit, antara lain batuk, luka lambung, dan hipertensi.

Buah leci (Litchi chinensis Sonn) berasal dari provinsi Kwantung dan Fukien di Cina Selatan. Pada tahun 1873 tanaman ini menyebar ke Hawaii, kemudian ke Florida, AS pada tahun 1883. Provinsi Kwantung dan Fukien di Cina terkenal sebagai produsen terbesar buah leci, diikuti oleh India dan negara-negara lainnya.

Di Indonesia, tanaman leci belum begitu populer. Namun, karena memiliki cita rasa yang unik dan nilai ekonomi tinggi, tanaman ini juga telah mulai dicoba dibudidayakan di Bali (Gianyar, Tabanan, Badung) dan Cianjur.

Leci merupakan tanaman subtropis yang termasuk ke dalam famili Sapindaceae atau soapberry. Dikenal dengan beberapa istilah, seperti lichi, litchi, lichee, laichi, leechee, atau lychee. Buah leci memiliki harga jual yang tinggi, baik dalam keadaan segar maupun dalam bentuk olahan.

Padat Gula
Kandungan air pada buah leci cukup tinggi, yaitu sekitar 77 – 83 persen, kadar energinya mencapai 66 kkal per 100 gram. Sebagian besar energi berasal dari karbohidrat (gula), yaitu sebesar 59,5 kkal, sisanya dari protein dan lemak berturut-turut sebesar 2,8 kkal dan 3,7 kkal. Kandungan karbohidrat pada buah leci cukup tinggi (16,53 g per 100 g buah) yang terdiri dari berbagai jenis gula.

Leci mengandung sukrosa dan glukosa melimpah, sehingga mengonsumsi buah leci pada malam hari dapat menambah cadangan energi untuk keesokan harinya. Kandungan gula yang terkandung pada leci sangat bervariasi tergantung dari varietas, tetapi umumnya mencapai 10–13 persen. Leci juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) yang lumayan, yaitu sekitar 1,3 g per 100 g daging buah.

Kadar lemak pada buah leci sangat rendah, sehingga sangat baik untuk dikonsumsi oleh semua kelompok usia, termasuk juga bagi yang sedang berdiet untuk mempertahankan atau menurunkan berat badan. Karena itu, tidak ada batasan berapa banyak leci yang sebaiknya dikonsumsi per harinya.

Vitamin yang paling menonjol pada buah leci adalah vitamin C dengan kadar 71,5 mg per 100 gram daging buah. Dengan mengonsumsi 100 gram buah leci, sudah dapat memenuhi lebih dari 100 persen kebutuhan vitamin C dalam sehari.

Vitamin C merupakan antioksidan alami yang sangat berguna untuk melawan serangan radikal bebas, penyebab penuaan dini, dan berbagai penyakit kanker. Berdasarkan keyakinan tersebut, dewasa ini vitamin C banyak ditambahkan ke dalam berbagai produk pangan olahan.

Mineral yang menonjol pada buah leci adalah potasium 171 mg, fosfor 31 mg, magnesium 10 mg, dan kalsium 5 mg. Walaupun dengan kadar yang rendah, leci juga mengandung zat besi, seng, tembaga, natrium, selenium, serta mineral lainnya.

Kalsium, fosfor, dan magnesium merupakan tiga serangkai mineral penting untuk pembentukan tulang dan kerangka tubuh yang normal, sehingga sangat dibutuhkan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan juga oleh orang dewasa untuk menghambat laju osteoporosis.
Tembaga merupakan salah satu mineral antioksidan. Kekurangan mineral ini dapat menggangu mekanisme normal tubuh dalam mengeliminasi keberadaan radikal bebas yang senantiasa terbentuk di dalam tubuh.

Mineral tembaga (Cu) dapat membentuk kompleks dengan sistem enzim antioksidan Superoksida Dismutase (SOD) yang berperan dalam menetralisasi radikal superoksida.
Hal yang sangat menarik perhatian dari komposisi mineral leci adalah perbandingan antara potasium (K) dan sodium (Na) yang sangat tinggi, yaitu 171:1. Hal ini tentu sangat menguntungkan karena makanan olahan yang kita konsumsi sehari-hari umumnya mengandung Na tinggi, tetapi sangat rendah K. Hal tersebutlah yang menyebabkan semakin meningkatnya jumlah penderita hipertensi di Indonesia.

Kalium (disebut juga sebagai potasium) sangat berperan penting dalam meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan sel tubuh, serta menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Dengan demikian, patut disayangkan jika proses pengolahan pangan seringkali menyebabkan rendahnya rasio kalium terhadap natrium, akibat pemakaian garam dapur dan MSG (penyedap rasa) yang berlebihan.

Konsumsi bahan pangan yang tinggi K diharapkan dapat mengimbangi tingginya Na akibat konsumsi makanan yang banyak mengandung MSG dan garam. Rasio Na dan K dalam makanan sehari-hari yang sangat dianjurkan adalah 1:1. Komposisi gizi secara lengkap dari buah leci dapat dilihat pada Tabel 1.

Kadar asam pada buah leci mencapai 0,20–0,64 persen. Jenis asam paling dominan adalah asam malat yang mencapai 80 persen, sedangkan 20 persen sisanya terdiri dari asam sitrat, suksinat, levulinat, fosfat, glutarat, malonat, dan asam laktat. Kombinasi gula dan berbagai jenis asam tersebut menyebabkan leci memiliki cita rasa yang manis dan menyegarkan.

Obati Batuk dan Luka Lambung
Dalam sejarah pengobatan, buah leci dipercaya dapat mengobati batuk serta memiliki efek yang menguntungkan untuk menyembuhkan gastralgia, tumor, dan pembesaran kelenjar.

Telah dilaporkan bahwa pemberian leci segar di Florida, dapat menyembuhkan luka lambung, sehingga penderita yang sebelumnya merasa terganggu dapat kembali menikmati makanan dengan enak. Penyebab pasti dari hal tersebut belum diketahui secara ilmiah.

Seperti halnya buah lengkeng dan aprikot, buah leci juga tergolong ke dalam buah yang bersifat panas (karena kebanyakan matang di hawa dingin), sehingga sangat cocok dikonsumsi kelompok orang yang badannya lemah dingin.

Energi vital dan limpa mereka kebanyakan lemah, metabolisme dasarnya rendah, tubuhnya kurang menghasilkan energi, kaki dan tangannya juga terasa dingin di hari-hari yang panas sekalipun. Wajah mereka lebih putih daripada orang biasa, dan jarang merasa haus, serta tidak suka mengonsumsi makanan dingin. Buah-buahan yang bersifat panas sangat bermanfaat bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar