Pohon jati menuntut persyaratan agroklimat dan lingkungan yang ideal agar kayunya bermutu tinggi. Pohon jati banyak ditemui di daerah berkapur dan gersang. Kondisi lingkungan yang seperti ini sangat menunjang untuk terbentuknya lingkaran batang dan serat kayu yang padat. Tanah pada daerah yang kering dan bercurah hujan rendah mengandung kalsium dan fosfor yang tinggi sehingga sesuai untuk pertumbuhan pohon jati.
Agar pohon jati tumbuh dengan baik memerlukan organisme pembantu. Organisme pembantu tersebut berasal dari golongan jamur. Jenis jamur yang dimaksud yaitu Mikoriza arbuskula. Cendawan ini hidup menetap di dalam tanah dan di perakaran pohon jati. Hampir semua perakaran tanaman keras dapat ditempati cendawan Mikoriza arbuskula. Tanaman inang dengan cendawan ini memiliki hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).
Cara kerja cendawan Mikoriza arbuskula sebagai berikut. Cendawan menginfeksi perakaran pohon jati menembus hingga ke dalam jaringan pengangkut hara. Mikoriza arbuskula menyerap bahan-bahan organik yang terdapat di dalam tanah dan mengubahnya menjadi ion-ion. Kemudian ion-ion ini disalurkan melalui hifa masuk ke dalam jaringan pengangkut hara tanaman inang. Tanaman inang mendapatkan nutrisi dari cendawan Mikoriza arbuskula. Jadi manfaat jamur ini diibaratkan seperti juru masak. Tanaman inang tinggal menikmati makanan yang siap saji.
Alasan Mikoriza arbuskula dipakai sebagai organisme pembantu, karena;
1. Kemudahan mendapatkan organisme ini.
2. Teknologi produksinya sederhana.
3. Sifat adaptif tinggi dan mampu menetap di berbagai jenis perakaran tanaman keras.
4. Efektif dan nirpolusi
5. Organisme ini dapat memperbaiki struktur tanah.
Adanya peran jamur ini berdampak pada pertumbuhan pohon jati. Nutrisi yang diperlukan pohon jati tersedia terus-menerus. Pohon jati berkembang tumbuh normal, batangnya tumbuh lurus, silindris dan sehat. Dengan pertumbuhan yang normal ini, harapan menghasilkan kayu jati yang bermutu tinggi dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar