Kamis, 02 Februari 2012

Khasiat Kulit Pulai


POHON PULAI

Sebagai Tanaman Obat
Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.) atau biasa disebut pule di beberapa daerah, termasuk ke dalam famili Apocynaceae. Tanaman ini bisa tumbuh sangat tinggi dan besar. Tingginya bisa mencapai 15 meter dengan diameter batang pohon mencapai 60 cm. Tanaman ini hidup baik di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.Pohon ini banyak tumbuh liar di hutan dan ditanam di perkebunan untuk bahan baku pensil, seperti di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan.
Pulai banyak pula tumbuh di daerah Jambi, Bengkulu, Kalimantan, dan daerah lainnya. Kayu Pulai termasuk kelompok kayu ringan dengan berat jenis bervariasi antara 0,27 - 0,49. Dari segi kekuatannya tergolong kayu kelas kuat IV-V. Dari sifat pengerjaannya, kayu pulai mudah digergaji, diserut dan dibor, baik dalam keadaan segar maupun kering. Mudah diawetkan dan dikeringkan, tingkat keawetannya termasuk kelas awet V (kayu yang mudah diserang oleh mikroorganisme dan serangga (jamur biru dan bubuk kayu kering).
Khasiat Dan Kandungan Kimia
Pohon pulai mengandung banyak getah. Getah berwarna putih, rasa getahnya sangat pahit. Rasa pahit itu didapatkan pula dari akar, kulit batang, dan daunnya.Ternyata, getahnya itu banyak mengandung kimia. Pada bagian pohon ini terdapat bahan yang sudah diketahui antara lain alkaloida berupa ditamine, ditaine, dan echi-kaoetchine. Pada kulit batang, terdapat kandungan saponin, flavonoida, dan polifenol. Sedangkan, untuk zat pahitnya terdapat kandungan echeretine dan echicherine.
Dari kandungan kimia yang terdapat di dalamnya, pulai sering pula digunakan dalam pengobatan tradisional. Tanaman ini memiliki sifat antipiretik, antimalaria, antihipertensi serta antiandenergik, dan melancarkan saluran darah.Penggunaan kandungan ini bisa berasal dari akar, kulit batang, daun, dan getah pulai. Dapat dijadikan obat nyeri (di sisi dada atau karena tusukan) jika dikunyah bersama pinang dan ampasnya dibuang. Akarnya juga obat tukak di dalam hidung, mengobati koreng dan borok.
Kulit batang pulai bermanfaat untuk mengatasi demam, hipertensi, tonikum, ekspektorant, perut kembung, ginjal membesar, demam nifas, hemorhoid, dan sakit kulit. Cara penggunaannya adalah dengan merebus kulit batang pulai yang dicampur dengan bahan lainnya. Air rebusannya itu disaring dan diminum sekaligus. Penggunaan getahnya dapat pula berkhasiat untuk mengatasi koreng, borok pada hewan, bisul, dan kecacingan (kremi). Untuk mengatasi penyakit tersebut, getahnya dicampurkan dengan bahan lain.
Daunnya pun punya manfaat yang banyak. Dengan merebus daun pulai dan bahan lainnya bisa mengobati sifilis, beri-beri, sakit usus, cacing, disentri, diare menahun, diabetes, dan malaria. Khusus untuk malaria, jenis pulai yang sering digunakan adalah pulai waluh.

Uraian :
Pulai yang termasuk suku kamboja-kambojaan, tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 - 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 - 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 - 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang.

Nama Lokal :
Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura). kayu gabus,; pulai (Sumatera).hanjalutung (Kalimantan).kaliti, reareangou,; bariangow, rariangow, wariangow, mariangan, deadeangow,; kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer (Banda), Aliag (Irian),; hange (Ternate). devil's tree, ditta bark tree (Inggris).; Chatian, saitan-ka-jhad, saptaparna (India, Pakistan).; Co tin pat, phayasattaban (Thailand).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak, diare, disentri Kurang napsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia Kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul Tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik akut, borok (ulcer)Beri-beri, masa nifas, payudara bengkak karena ASI

Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau. KANDUNGAN KIMIA : Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci (Setyarini, Fak. Farmasi Unair, 1987). 2. Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara invitro menekan perkembang telur berembrio menjadi larva an pada dosis 65 mg/ml (Thresia Ranti, jurusan Farmasi FMIPA ITB, 1 99 1). 3. Pemberian infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai efek hipoglikernik (Sulina, Jurusan Farmasi FMIPA ITB, 1978).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar